Pengetian Kebudayaan dan Peradaban
Menurut Ki Hajar Dewantara: “Kebudayaan adalah buah budi manusia dalam hidup
bermasyarakat” sedangkan menurut Koentjaraningrat, guru besar Antropologi di
Universitas Indonesia: “Kebudayaan adalah keseluruhan sistem, gagasan, tindakan
dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik
diri manusia dengan cara belajar”.
Dari uraian di atas
dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. kebudayaan itu hanya
dimiliki oleh masyarakat manusia;
2. kebudayaan itu tidak
diturunkan secara biologis melainkan diperoleh melalui proses belajar; dan
3. kebudayaan itu
didapat, didukung dan diteruskan oleh manusia sebagai anggota
masyarakat.
1. Sistem kepercayaan
Sejalan dengan
perkembangan kehidupan manusia, maka masyarakat Indonesia sebelum adanya
pengaruh Hindu-Buddha juga telah mempercayai adanya kekuatan di luar diri
mereka. Hal ini juga tidak terlepas dari kehidupan mereka.
yang berladang dan bersawah. Kehidupan ini hanya dapat berjalan dalam masyarakat yang sudah teratur, yang telah mengetahui hak dan kewajibannya. Ini berarti telah ada organisasi dan yang menjadi pusat organisasi ialah desa dan ada aturan-aturan yang harus dipatuhi bersama. Dalam suasana untuk saling memahami, saling menghargai, tolong menolong dan bertanggung jawab, maka muncullah faktor baru, yakni pemimpin (ketua desa/datuk). Yang memegang pimpinan adalah ketua adat, yang dianggap memiliki kelebihan dari yang lain. Ia harus melindungi anggotanya dari serangan kelompok lain, atau ancaman binatang buas sehingga tercipta kemakmuran, kesejahteraan dan ketentraman. Pemimpin bekerja untuk kepentingan seluruh desa, maka masyarakat berhutang budi kepada pemimpinnya. Sifat kerja sama antara rakyat dan pemimpinnya membentuk persatuan yang kuat, memunculkan kepercayaan, yakni memuja roh nenek moyang, memuja roh jahat dan roh baik bahkan mereka percaya bahwa tiap-tiap benda memiliki roh. Dengan demikian muncullah Animisme, Dinamisme, dan Totemisme.
a. Animisme
kepercayaan yang memuja arwah dari nenek moyang
b. Dinamisme
kepercayaan bahwa pada benda-benda tertentu baik benda hidup atau mati bahkan juga benda-benda ciptaan (seperti tombak dan keris) mempunyai kekuatan gaib dan dianggap bersifat suci.
c. Totemisme
kepercayaanmenghormati binatang-binatang tertentu untuk dipuja dan dianggapnya seketurunan
yang berladang dan bersawah. Kehidupan ini hanya dapat berjalan dalam masyarakat yang sudah teratur, yang telah mengetahui hak dan kewajibannya. Ini berarti telah ada organisasi dan yang menjadi pusat organisasi ialah desa dan ada aturan-aturan yang harus dipatuhi bersama. Dalam suasana untuk saling memahami, saling menghargai, tolong menolong dan bertanggung jawab, maka muncullah faktor baru, yakni pemimpin (ketua desa/datuk). Yang memegang pimpinan adalah ketua adat, yang dianggap memiliki kelebihan dari yang lain. Ia harus melindungi anggotanya dari serangan kelompok lain, atau ancaman binatang buas sehingga tercipta kemakmuran, kesejahteraan dan ketentraman. Pemimpin bekerja untuk kepentingan seluruh desa, maka masyarakat berhutang budi kepada pemimpinnya. Sifat kerja sama antara rakyat dan pemimpinnya membentuk persatuan yang kuat, memunculkan kepercayaan, yakni memuja roh nenek moyang, memuja roh jahat dan roh baik bahkan mereka percaya bahwa tiap-tiap benda memiliki roh. Dengan demikian muncullah Animisme, Dinamisme, dan Totemisme.
a. Animisme
kepercayaan yang memuja arwah dari nenek moyang
b. Dinamisme
kepercayaan bahwa pada benda-benda tertentu baik benda hidup atau mati bahkan juga benda-benda ciptaan (seperti tombak dan keris) mempunyai kekuatan gaib dan dianggap bersifat suci.
c. Totemisme
kepercayaanmenghormati binatang-binatang tertentu untuk dipuja dan dianggapnya seketurunan
2. Sistem kemasyarakatan atau organisasi social
Pada masa berburu dan
mengumpulkan makanan,masyarakatnya hidup berkelompok-kelompok dalam jumlah yang
kecil. Tetapi hubungan antara kelompoknya sudah erat karena mereka harus
bersama-sama menghadapi kondisi alam yang berat,sehingga system kemasyarakatan
yang muncul saat itu sangat sederhana.
Tetapi pada masa bercocok tanam,kehidupan masyarakat yang sudah menetap semakin
mengalami perkembangan dan hal inilah mendorong masyarakat untuk membentuk
keteraturan hidup.
Selanjutnya sistem kemasyarakatan terus mengalami perkembangan khusunya pada
masa perundagian. Karna pada masa ini kehidupan masyarakat lebih kompleks.
Masyarakat terbagi-bagi menjadi kelompok-kelompok sesuai bidang keahliannya.
3. Sistem pengetahuan
Sejak zaman Neolithikum,
masyarakat Indonesia telah mengenal pengetahuan yang tinggi, dimana masyarakat
telah dapat memanfaatkan angin musim sebagai tenaga penggerak dalam aktivitas
perdagangan dan pelayaran juga mengenal astronomi atau ilmu perbintangan sebagai
petunjuk arah pelayaran atau sebagai petunjuk waktu dalam bidang pertanian.
Selain berkembangnya ilmu pengetahuan, teknologi, juga dikenal oleh masyarakat
prasejarah terutama pada zaman perundagian, yaitu teknologi pengecoran logam
sehingga pada masa perundagian masyarakat sudah mampu menghasilkan alat-alat
kehidupan yang terbuat dari logam.
4. Bahasa
5. Kesenian
Kesenian dikenal oleh
masyarakat prasejarah pada zaman mesolithikum yang dibuktikan dengan adanya
lukisan-lukisan pada dinding-dinding gua. Untuk selanjutnya kesenian mengalami
perkembangan yang pesat pada zaman neolithikum, karena pada masa bercocok tanam
terdapat waktu senggang dari menanam hingga panen. Yang dimanfaatkan oleh
masyarakat untuk menyalurkan jiwa seni, dari seni membatik, gamelan, bahkan
wayang.
Secara historis, seni lukis sangat terkait dengan gambar. Peninggalan-peninggalan prasejarah memperlihatkan bahwa sejak
ribuan tahun yang lalu, nenek moyang manusia telah mulai membuat gambar pada dinding-dinding gua untuk mencitrakan bagian-bagian penting dari kehidupan.Sebuah lukisan atau
gambar bisa dibuat hanya dengan menggunakan materi yang sederhana seperti arang, kapur, atau bahan lainnya. Salah satu teknik terkenal gambar
prasejarah yang dilakukan orang-orang gua adalah dengan menempelkan tangan di dinding gua, lalu menyemburnya dengan kunyahan dedaunan dan batu mineral berwarna. Hasilnya adalah jiplakan
tangan berwarna-warni di dinding-dinding gua
yang masih bisa dilihat hingga saat ini. Kemudahan ini memungkinkan gambar (dan
selanjutnya lukisan) untuk berkembang lebih cepat daripada cabang seni rupa
lain seperti seni patung dan seni keramik.
6. Sistem mata pencaharian hidup
Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan
Pada masa ini secara fisik manusia masih terbatas usahanya dalam
menghadapikondisi alam. Tingkat berpikir manusia yang masih rendah menyebabkan
hidupnya berpindah-pindah tempat dan menggantungkan hidupnya kepada alam dengan
cara berburu dan mengumpulkan makanan.
Masa Bercocok Tanam
Pada masa ini kemampuan berpikir manusia mulai berkembang. Sehingga timbul
upaya menyiapkan persediaan bahan makanan yang cukup dalam suatu masa tertentu.
Dari upaya tersebut maka manusia bercocok tanam dan tidak lagi tergantung
kepada alam.
Masa Perundagian
Pada masa ini masyarakat sudah mengenal teknik-teknik pengolahan logam.
Pengolahan logam memerlukan suatu tempat serta keahlian khusus. Tempat untuk
mengolah logam dikenal dengan nama perundagian dan orang yang ahli
mengerjakannya dikenal dengan sebutan Undagi.
7. Sistem peralatan hidup
Zaman Batu
Zaman batu adalah suatu periode ketika peralatan hidup manusia secara dominan
terbuat dari batu, Zaman batu terbagi atas zaman batu tua, zaman batu madya,
zaman batu baru, dan zaman batu besar.
a. Zaman Batu Tua (Paleolithikum)
§
Kapak genggam atau kapak perimbas berfungsi untuk menggali umbi,
memotong, dan menguliti binatang. Kapak perimbas berfungsi untuk merimbas kayu,
memecah tulang, dan sebagai senjata,
§
Alat-alat dari tulang dan tanduk binatang berfungsi sebagai alat penusuk,
pengorek, dan tombak.
§
Alat serpih (flakes) Biasanya digunakan untuk mengiris daging atau memotong
umbi-umbian dan buah-buahan.
b. Zaman Batu Madya (Mesolithikum)
Pada zaman ini alat-alat dari batu sudah mulai digosok,
tetapi belum halus.
§
Kapak Sumatra (pebble).
§
Batu Pipisan digunakan untuk menggiling makanan, menghaluskan cat merah
(seperti Nampak dari bekas-bekasnya).
§
Kjokkenmoddinger adalah sampah daur (bahasa Denmark) kjokken = dapur,
modding = sampah. Sampah ini berwujud kulit siput dan kerang yang menumpuk
ribuan tahun sehingga membentuk bukit, tingginnya karang-karang mencapai 7
meter dan sudah menjadi fosil
§
Abris Sous Roche adalah tempat tinggal zaman prasejarah yang berwujud
goa-goa dan ceruk-ceruk di dalam batu karang untuk berlindung. Dari goa ini
berhasil ditemukan beberapa artefak atau peninggalan prasejarah, misalnya:
flakes, ujung anak panah, alat-alat dari tulang , tanduk rusa, alat-alat dari
perunggu dan besi juga fosil dari manusia Papua Melanesoid.
c. Zaman Batu Baru (Neolithikum)
Pada zaman neolithikum, peralatan dari batu sudah digosok
halus karena mereka sudah mengenal teknik mengasah dan mengupam. Peralatan itu
antara lain sebagai berikut.
§
Kapak persegi untuk mengerjakan kayu.
§
Kapak bahu adalah kapak persegi, namun pada tangkai diberi “leher” sehingga
menyerupai bentuk botol persegi.
§
Kapak lonjong adalah kapak dengan penampang berbentuk lonjong atau bulat
telur. Kapak lonjong banyak disebut sebagai kapak Irian karena banyak ditemukan
di Irian (Papua).
Adapun benda-benda lain dari zaman neolithikum adalah sebagai berikut.
§
Perhiasan ,
§
Tembikar
§
Pakaian
d. Zaman Batu Besar (Megalithikum)
§
Menhir, digunakan sebagai media untuk pemujaan terhadap roh nenek moyang.
§
Dolmen digunakan untuk meletakkan sesajian dan pemujaan kepada nenek
moyang. Ada pula sebagai tempat menguburkan mayat.
§
Sarkofagus atau Keranda merupakan peti mayat yang terbuat dari batu.
§
Kubur batu, adalah peti mayat dari batu,
§
Punden berundak, digunakan untuk melakukan pemujaan terhadap roh nenek
moyang.
§
Waruga, yaitu kubur batu yang berbentukkubus atau bulat. Bangunan ini
terbuat dari batu besar yang utuh.
§
Arca atau patung yaitu bangunan yang terbuat dari batu besar berbentuk
binatang atau manusia yang melsmbsngkan nenek moyang serta dipuja-puja.
2. Zaman Logam (Perundagian)
Pada zaman Logam orang
sudah dapat membuat alat-alat dari logam di samping alat-alat
dari batu. Orang sudah mengenal teknik melebur logam,
mencetaknya menjadi alat-alat yang diinginkannya.
a. Zaman tembaga
b. Zaman perunggu
c. Zaman besiDiambil dari http://kartikatriutami.wordpress.com/materi/sejarah/7-unsur-universal-kebudayaan/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar