Jumat, 27 November 2015

Samudra Pasai

Kerajaan Samudra Pasai

Pada abad ke-13 Masehi, Samudra Pasai yang terletak di pantai utara Sumatra sepanjang Selat Malaka menjadi bandar perdagangan internasional pertama untuk mengekspor lada dan sutra. Sebagian besar pantai-pantai utara Sumatra seperti Barus di pantai barat dan Ramni di sebelah utara, menjadi wilayah kekuasaan perniagaan Pasai. Walaupun dikenal sebagai Pasai dalam naskah Melayu dan Laporan portugis, kota bandar ini disebut Samudra oleh pedagang India, dan akhirnya nama ini dipakai untuk seluruh Pulau Sumatra. Kerajaan Samudra Pasai berdiri sekitar 1270-an dengan rajanya yang pertama bergelar Islam Malikh as Shaleh.
Kemunculan kerajaan Samudra Pasai pada abad ke-13 Masehi sejalan dengan memudarnya pengaruh kerajaan Sriwijaya di Pulau Sumatra dan sekitarnya. Kejayaan Samudra Pasai diperkirakan berada di kawasan daerah Aceh Utara, di hulu sungai Peusangan sekarang, di pedalaman daerah Gayo. Sehubungan dengan letak geografis yang sangat strategis dalam kegiatan jalur perdagangan, wilayah ini kemudian menjadi jalur dagang yang ramai.
Sejak abad ke-13, utusan Samudra Pasai telah berkunjung ke Cina. Sumber Sejarah Samudra Pasai dapat merujuk kepada kronik Dinasti Yuan (1280-1367 Masehi), diketahui bahwa mereka telah kedatangan utusan dari Sawen-Ta-La (Samudra) tahun 1288 Masehi. Samudra Pasai juga pada tahun 1282 juga mengirim utusan ke Quilon, India Barat, sepuluh tahun sebelum Marco Polo mendaratkan perahunya di Perlak.
Catatan Marco Polo (1292 Masehi) menuturkan bahwa di kawasan Sumatra diantaranya yaitu Perlak, Basma, Dagrian, Lamuri, dan Fansur. Marco Pola samasekali tidak menyinggung Samudra Pasai tetapi Basma yang letaknya berdekatan dengan Pasai justru tercatat. Apakah Marco Polo ini mendapat informasi yang keliru? Tapi dari Maco Polo ini kemudian kita mengetahui bahwa Islam telah berkembang di Perlak dan telah ada perkampungan Islam di wilayah tersebut.
Sumber sejarah Samudra Pasai lainnya adalah catatan Ibn Batutah, pengembara Islam dari Marokko. Dalam catatannya ia menyebut Samudra Pasai diperintah oleh Sultan Malikh Al Zahir, putra Sultan Malikh as Saleh. Islam sudah ada hampir satu abad lamanya didakwahkan di tempat itu. Beliau juga meriwayatkan kerendahan hati, kesalehan, dan semangat keagamaan raja Pasai itu yang menurutnya mengikuti mahzab Syafi’i. Dalam catatannya juga disebutkan Samudra Pasai telah menjadi pusat studi Islam dan tempat para ulama dari berbagai negeri Islam berkumpul dan berdiskusi.
Kaisar Cina juga tercatat mengirimkan beberapa kali utusannya ke Samudra Pasai pada tahun 1403, 1414, dan 1430. Pada tahun 1405, Utusan Cinta yang bernama Zheng He bertemu dengan Tsai-nu-li-a-pi-ting-ki, barangkali yang dimaksud adalah Sultan Samudra Pasai Zain al-Abidin Malik al Zahir yang memerintah di Aceh dari tahun 1383 hingga 1405 Masehi.
Pasai Sebagai Pusat Islam
Islam hadir secara nyata di Sumatra paling utara pada akhir abad ke-13. Dari Pasai, Sumatera Utara, Islam menyebar ke bandar lain di Indonesia, Semenanjung Malaya, dan Filipina selatan. Pada akhir abad ke-14 Islam mengubah kepercayaan hingga jauh ke Trowulan, Jawa Timur.
Antara tahun 1290 sampai dengan 1520, Samudra Pasai bukan hanya menjadi kota dagang terpenting di Selat Malaka, tetapi juga menjadi pusat perkembangan Islam dan kesusasteraan melayu. Selain berdagang, para pedagang Arab, Gujarat, dan Persia itu menyebarkan agama Islam.
Pengaruh Pasai sebagai pusat Islam menyebar ke seluruh bagian utara Sumata, dan tidak hanya merambah Aceh, tapi juga ke Semenanjung Malaka dan Jawa. Seorang Sheikh dari Pasai dicatat dalam sejarah sebagai penasihat keagamaan. Makam-makam di Malaka dan Pahang sering menyalin tulisan dari makam-makam Pasai.
Eratnya hubungan Samudra Pasai -Jawa juga dapat ditelusuri dari latar belakang para Wali Songo. Konon Sunan Kalijaga memperistri  putri Sultan Pasai. Sunan Gunung Jati alias Fatahillah pendiri kerajaan Islam di Cirebon, Banten, dan Jakarta ini pun lahir dan besar di Pasai. Laksamana Cheng Ho tercatat juga pernah berkunjung ke Pasai.
Raja-Raja Pasai
Sebagaimana disebutkan dalam beberapa tradisi lisan dan Hikayat Raja-Raja Pasai, Raja Pasai pertama adalah Meurah Silu. “Meurah” bukan lah nama tetapi gelar bagi raja-raja di wilayah utara Sumatra sebelum datangnya agama Islam. Dalam bahasa Gayo Meurah kadang disebut Merah. Sultan Iskandar Muda konon digelari dengan Meurah Pupok. Bangsawan Minangkabau juga ada yang menggunakan “Marah” sebagai gelar.
Meurah Silu atau Merah Silu setelah memeluk islam kemudian memperoleh gelar Islam Malikh as Shaleh (Malikussaleh) beliau meninggal pada tahun 1297 Masehi. Satu Syair dalam bahasa Arab diukir pada batu nisannya. Terjemahan bebas syair tersebut sebagai berikut:
Ketahuilah bahwa dunia mudah hancur.
Dunia tidak abadi.
Ketahuilah bahwa dunia seperti sarang laba-laba,
Dianyam oleh laba-laba.
Ketahuilah bahwa apa yang kau capai di dunia akan mencukupi kebutuhan.
Manusia yang mencari kekuatan
Hidup di dunia tidak lama
Semua makhluk akhirnya mati
Melalui pengaruh Pasai, syair yang sama diukir pada nisan Sultan Mansyur Syah dari Malaka, yang meninggal tahun 1477 Masehi, dan juga terukir pada nisan Sultan Abdul Jamil dari Pahang, yang meninggal tahun 1511 atau 1512 Masehi.
Meski pun secara umum peninggalan-peninggalan peradaban Samudra Pasai tidak dapat dilacak lagi dengan mudah, namun tulisan-tulisan kaligrafi di artefak-artefak nisan-nisan kuburan peninggalan para raja-raja, pemuka agama, pemuka-pemuka kerajaan, dan orang-orang penting kerajaan menjadi bukti yang tak dapat terbantahkan sebagai sumber informasi akurat tentang peradaban Samudra Pasai pada masanya. Raja-raja Samudra Pasai yang termuat pada makam Nahrisyah adalah sebagai berikut:
1. Meurah Silu, Malikh as Shaleh, Malikussaleh (1275-1297 Masehi)
2. Sultan Muhammad Malikh al Dhahir (1297-1326 Masehi)
3. Sulatn Ahmad Malikh ad Dhahir (1326 -1371 Masehi)
4. Sultan Zainal Abidin Malikh ad Dhahir (1371-1405 Masehi)
5. Sultan Hidayah Malikh al Adil (1405-)
6. Sultanah Nahrisyah memerintah tahun (-1428)
Dari sumber lain dapat diketahui urutan penguasa Pasai sebagai berikut:
Sultan Malikh as-Saleh, – 1297 Masehi
Muhammad Malikh Al-Zahir 1297-1326 Masehi
Mahmud Malikh Al-Zahir 1326-1345 Masehi
Manshur Malikh Al-Zahir 1345-1346 Masehi
Ahmad Malikh Al-Zahir 1346-1383 Masehi
Zain Al-Abidin Malikh AL-Zahir 1383-1405 Masehi
Abu Zaid Malikh Al-Zahir -1455 Masehi
Mahmud Malikh Al-Zahir 1455-1477 Masehi
Zain Al-Abidin 1477-1500 Masehi
Abdullah Malikh Al-Zahir 1501-1513 Masehi
Zain Al-Abidin 1513-1524 Masehi
Jalur Perdagangan
Selama abad ke-13 sampai awal abad ke-16 Masehi, Samudra Pasai menjadi bandar pelabuhan yang sangat sibuk. Pedagang India dari Gujarat, Bengal, dan India Selatan serta para pedagang dari Pegu, Siam, dan Birma berbaur di bandar Selat Malaka dengan para pedagang Cina, Arab, Persia, dan Jawa. Pasai merupakan bandar yang berkuasa abad ke-14 Masehi, meski memperoleh tantangan serius dari Pidie, sedang Malaka baru berkuasa pada abad ke-15 Masehi.
Hubungan dagang Pasai dan Jawa berkembang dengan pesat. Para pedagang Jawa itu membawa beras ke Samudra Pasai, dan sebaliknya dari kota pelabuhan tersebut mereka mengangkut lada ke Jawa. Konon pedagang dari Jawa bahkan mendapat hak istimewa dengan dibebaskan dari besa dan cukai.
Bahar: Satuan ukuran panjang yang diukur dari bagian ujung kaki ke bagian ujung tangan yang diluruskan ke atas.Perwakilan Portugis, Tome Pires, menyebutkan bahwa Pasai mengekspor lebih kurang 8.000 sampai 10.000 bahar lada per tahun dan bisa mencapai 15.000 bahar bila terjadi panen besar. Selain lada, Pasai juga mengekspor Sutera, Kamper, dan emas dari pedalaman. Cara pembuatan sutera kemungkinan diajarkan oleh orang Cina kepada penduduk setempat.
Batu Nisan Islam di Pasai
Sejarah Pasai yang yang panjang masih bisa ditelusuri melalui sejumlah situs berupa makam para pendiri kerajaan beserta keturunannya, para pemuka agama, dan juga tokoh-tokoh penyiar Islam di beberapa wilayah di ujung utara Pulau Sumatera. Makam Sultan Malikh as Saleh dan Makan Ratu Nahrisyah, merupakan dua kompleks situs yang masih terawat dengan baik.
Makam terindah di Samudra Pasai, dibuat dari pualam, yakni makan Ratu Nahraisyah yang meninggal tahun 1428, mirip makam umar ibn Ahmad al-Kazaruni di Cambay, Gujarat–meninggal tahun 1333, juga mirip dengan makan Sunan Gresik Maulana Malik Ibrahim, Jawa Timur. Ada dua makam Pasai yang tak kalah indahnya, dipenuhi dengan ukirak kaligrafi dan hiasan indahnya, dipenuhi dengan ukiran kaligrafi dan hiasan indah; pertama makam Paengeran Abdullah dari dinasti Abbasiyah, Baghdad, yang meninggal di Pasai tahun 1407, dan makam kedua milik seorang keturunan Iran, Na’ina Husan al-Din, yang meninggal tahun 1420.
Makam Na’ina Husam al-Din mengandung sebuah syair yang ditulis penyair kenamaan Persia, Syaikh Muslih al-din Sa’di (1193-1292), penulis Gullistan dan Bustan. Ditulis dalam bahasa Parsi dengan tulisan Arab, merupakan satu-satunya syair berbahasa Parsi yang ditemukan di Asia Tenggara. Selain ukiran sebuah pohon indah, ada kutipan Al-Quran II: 256, Ayat Kursi, seperti yang ditemukan pad makan Ratu Nahrasiyah.
Syair Sa’di pada nisan Na’ini Hustam al-Din mengabaikan tiga bait-yaitu bait keenam, ketujuh, dan kesembilan–yang merupakan bait terakhir.
Terjemahan teks syair Muslih al-Din Sa’di sebagai berikut:
Tahun-tahun tak terhingga telah melewati bumi, sedang air musim semi pun mengalir dan angin bertiup sepoi-sepoi.
Hidup ini adalah sekelebat dari hari-hari yang dilalui manusia, mengapa banyak orang melewati bumi dengan pongah?
Oh kawan! Bila engkau melewati pemakaman musuhmu, janganlah bersorak kegirangan, karena peristiwa ini juga akan ka alami!
Debu akan menusuk tulang-tulangmu, dengan mata yang kurang peka, seperti kotak surma (kecantikan) yang dapat ditusuk oleh tutinya (Balsem)
Barang siapa melewati bumi kini dengan sombong seraya mengangkat sarung, keesokan hari tubuhnya akan hilang bagai debu
Dunia merupakan lawan kejam dan kekasih tak setia; saat duni berlalu, meski apa pun yang terjadi, biarkan saja ia berlalu tanpa diganggu.
Ini keadaan tubuhmu di bawah tanah; siapa saja yang datang pada kehidupan yang begitu berarti, kemanakah ia akan menuju?
Tiada percaya diri di bawah naungan naungan amal, Sa’di hanya di bawah bayang kebaikan tuhan
Ya Tuhan! Jangan menghukum manusia tanpa daya, karena hanya dari Engkaulah bertumbuh kemurahan hati, dan dari manusia hanya kesalahan.
Situs makam keluarga istana Kerajaan Samudra Pasai dipercayai hanya terletak di kompleks tersebut, di Desa Kuta Krueng, Kecamatan Samudra Geudong, sekitar 20 km dari Lhokseumawe, ibukota Aceh Utara. Beberapa kuburan raja-raja dan ratu terletak di sana, tetapi kompleks makam Blangmeh masih banyak yang perlu diteliti dan diungkapkan untuk menelusuri raja-raja Samudra Pasai, terutama sehubungan dengan masa akhir keberadaan pemerintahan Kerajaan Samudra Pasai.
Uang Logam Emas
Samudra Pasai sebagai pelabuhan dagang yang maju mengeluarkan mata uang dirham berupa uang logam emas. Saat hubungan dagang antara Samudra Pasai dan Malaka berkembang setelah tahun 1400 Masehi, pedagang dari Samudra Pasai menggunakan kesempatan mengenalkan dirham ke Malaka.
Raja pertama Malaka, Parameswara, menjalin persekutuan dengan Pasai tahun 1414 Masehi, memeluk Islam dan menikah dengan putri Pasai. Uang emas dicetak di awal pemerintahan Sultan Muhammad (1297-1326 Masehi) dan pengeluaran uang emas harus mengikuti aturan sebagai berikut. Sluruh sultan Samudra Pasai perlu menuliskan frasa al-sultan al-adil pada dirham mereka. Adil berarti keadilan yang selalu diharapkan manusia zaman dulu atau pun sekarang. Sultan Zainal Abidin dan Sultan Abu Zaid Malikh ad Dhahir
Sekurang-kurangnya terdapat tiga jenis mata uang yang terdapat di Samudra Pasai yaitu mata uang emas yang disebut Dirham/Deureuham, mata uang perak, dan mata uang timah (Tanil).
Akhir Samudra Pasai
Diberitakan telah terjadi beberapa pertikaian di Samudra Pasai yang salah satunya merupakan mengakibatkan terjadinya perang saudara. Naskah Sulalatus Salatin menceritakan bahwa Sultan Pasai kemudian meminta bantuan kepada Penguasa Malaka untuk meredam pemberontakan tersebut.
Pasai kehilangan kekuasaan perdagangan atas Selat Malaka pada pertengahah abad ke-15 Masehi, dan dikacauakan Portugis pada tahun 1511-1520 Masehi. Akhirnya kerajaan ini dihisap kesultanan Aceh pada tahun 1520an. Warisan peradaban Islam Samudra Pasai kemudian diteruskan dan dikembangakan di Aceh.

diambil dari  http://www.wacananusantara.org/samudra-pasai/

Sejarah Kerajaan Mataram Kuno

Kerajaan Mataram Kuno terletak di Jawa Tengah dengan intinya yang sering disebut Bumi Mataram. Daerah ini dikelilingi oleh pegunungan dan gununggunung, seperti Gunung Tangkuban Perahu, Gunung Sindoro, Gunung Sumbing, Gunung Merapi-Merbabu, Gunung Lawu, dan Pegunungan Sewu. Daerah ini juga dialiri oleh banyak sungai, seperti Sungai Bogowonto, Sungai Progo, Sungai Elo dan Sungai Bengawan Solo. Itulah sebabnya daerah ini sangat subur.
 
Kerajaan Mataram Kuno atau juga yang sering disebut Kerajaan Medang merupakan kerajaan yang bercorak agraris. Tercatat terdapat 3 Wangsa (dinasti) yang pernah menguasai Kerjaan Mataram Kuno yaitu Wangsa Sanjaya, Wangsa Syailendra dan Wangsa Isana. Wangsa Sanjaya merupakan pemuluk Agama Hindu beraliran Syiwa sedangkan Wangsa Syailendra merupakan pengikut agama Budah, Wangsa Isana sendiri merupakan Wangsa baru yang didirikan oleh Mpu Sindok.
 
Raja pertama Kerajaan Mataram Kuno adalah Sanjaya yang juga merupakan pendiri Wangsa Sanjya yang menganut agama Hindu. Setelah wafat, Sanjaya digantikan oleh Rakai Panangkaran yang kemudian berpindah agama Budha beraliran Mahayana. Saat itulah Wangsa Sayilendra berkuasa. Pada saat itu baik agama Hindu dan Budha berkembang bersama di Kerajaan Mataram Kuno. Mereka yang beragama Hindu tinggal di Jawa Tengah bagian utara, dan mereka yang menganut agama Buddha berada di wilayah Jawa Tengah bagian selatan.
 
Wangsa Sanjaya kembali memegang tangku kepemerintahan setelah anak Raja Samaratungga, Pramodawardhani menikah dengan Rakai Pikatan yang menganut agama Hindu. Pernikahan tersebut membuat Rakai Pikatan maju sebagai Raja dan memulai kembali Wangsa Sanjaya. Rakai Pikatan juga berhasil menyingkirkan seorang anggota Wangsa Sailendra bernama Balaputradewa yang merupakan saudara Pramodawardhani. Balaputradewa kemudian mengungsi ke Kerajaan Sriwijaya yang kemduian menjadi Raja disana.
 
Wangsa Sanjaya berakhir pada masa Rakai Sumba Dyah Wawa. Berakhirnya Kepemerintahan Sumba Dyah Wawa masih diperdebatkan. Terdapat teori yang mengatakan bahwa pada saat itu terjadi becana alam yang membuat pusat Kerajaan Mataram Hancur. Mpu Sindok pun tampil menggantikan Rakai Sumba Dyah Wawa sebagai raja dan memindahkan pusat Kerajaan Mataram Kuno di Jawa Timur dan membangun wangsa baru bernama Wangsa Isana.
 
Pusat Kerajaan Mataram Kuno pada awal berdirinya diperkirakan terletak di daerah Mataram (dekat Yogyakarta sekarang). Kemudian pada masa pemerintahan Rakai Pikatan dipindah ke Mamrati (daerah Kedu). Lalu, pada masa pemerintahan Dyah Balitung sudah pindah lagi ke Poh Pitu (masih di sekitar Kedu). Kemudian pada zaman Dyah Wawa diperkirakan kembali ke daerah Mataram. Mpu Sindok kemudian memindahkan istana Medang ke wilayah Jawa Timur sekarang.

Berdirinya Kerajaan Mataram Kuno
Kapan tepatnya berdirinya Kerajaan Mataram Kuno masih belum jelas, namun menurut Prasasti Mantyasih (907) menyebutkan Raja pertama Kerajaan Mataram Kuno adalah Sanjaya. Sanjaya sendiri mengeluarkan Prasasti Canggal (732) tanpa menyebut jelas apa nama kerajaannya. Dalam prasasti itu, Sanjaya menyebutkan terdapat raja yang memerintah di pulau Jawa sebelum dirinya. Raja tersebut bernama Sanna atau yang dikenal dengan Bratasena yang merupakan raja dari Kerajaan Galuh yang memisahkan diri dari Kerajaan Sunda (akhir dari Kerajaan Tarumanegara).
 
Kekuasaan Sanna digulingkan dari tahta Kerajaan Galuh oleh Purbasora dan kemudian melarikan diri ke Kerjaan Sunda untuk memperoleh perlindungan dari Tarusbawa, Raja Sunda. Tarusbawa kemudian mengambil Sanjaya yang merupakan keponakan dari Sanna sebagai menantunya. Setelah naik tahta, Sanjaya pun berniat untuk menguasai Kerajaan Galuh kembali. Setelah berhasil menguasai Kerajaan Sunda, Galuh dan Kalingga, Sanjaya memutuskan untuk membuat kerajaan baru yaitu Kerajaan Mataram Kuno.
 
Dari prasasti yang dikeluarkan oleh Sanjaya pada yaitu Prasasti Canggal, bisa dipastikan Kerajaan Mataram Kuno telah berdiri dan berkembang sejak abad ke-7 dengan rajanya yang pertama adalah Sanjaya dengan gelar Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya.

Runtuhnya Kerajaan Mataram Kuno

Hancurnya Kerajaan Mataram Kuno dipicu permusuhan antara Jawa dan Sumatra yang dimulai saat pengusiaran Balaputradewa oleh Rakai Pikatan. Balaputradewa yang kemudian menjadi Raka Sriwijaya menyimpan dendam terhadap Rakai Pikatan. Perselisihan antara kedua raja ini berkembang menjadi permusuhan turun-temurun pada generasi selanjutnya. Selain itu, Medang dan Sriwijaya juga bersaing untuk menguasai lalu lintas perdagangan di Asia Tenggara.
 
Rasa permusuhan Wangsa Sailendra terhadap Jawa terus berlanjut bahkan ketika Wangsa Isana berkuasa. Sewaktu Mpu Sindok memulai periode Jawa Timur, pasukan Sriwijaya datang menyerangnya. Pertempuran terjadi di daerah Anjukladang (sekarang Nganjuk, Jawa Timur) yang dimenangkan oleh pihak Mpu Sindok.
 
Runtuhnya Kerajaan Mataram ketika Raja Dharmawangsa Teguh yang merupakan cicit Mpu Sindok memimpin. Waktu itu permusuhan antara Mataram Kuno dan Sriwijaya sedang memanas. Tercatat Sriwijaya pernah menggempur Mataram Kuno tetapi pertempuran tersebut dimenangkan oleh Dharmawangsa. Dharmawangsa juga pernah melayangkan serangan ke ibu kota Sriwijaya. Pada tahun 1006 (atau 1016) Dharmawangsa lengah. Ketika ia mengadakan pesta perkawinan putrinya, istana Medang di Wwatan diserbu oleh Aji Wurawari dari Lwaram yang diperkirakan sebagai sekutu Kerajaan Sriwijaya. Dalam peristiwa tersebut, Dharmawangsa tewas.
Sejarah Kerajaan Mataram Kuno | www.zonasiswa.com
Borobudur ~ Salah satu peninggalan Kerajaan Mataram Kuno

Sumber Sejarah Kerajaan Mataram Kuno

Terdapat dua sumber utama yang menunjukan berdirnya Kerajaan Mataram Kuno, yaiut berbentuk Prasasti dan Candi-candi yang dapat kita temui samapi sekarang ini. Adapun untuk Prasasti, Kerajaan Mataram Kuno meninggalkan beberapa prasasti, diantaranya:
  1. Prasasti Canggal, ditemukan di halaman Candi Guning Wukir di desa Canggal berangka tahun 732 M. Prasasti Canggal menggunakan huruf pallawa dan bahasa Sansekerta yang isinya menceritakan tentang pendirian Lingga (lambang Syiwa) di desa Kunjarakunja oleh Raja Sanjaya dan disamping itu juga diceritakan bawa yang menjadi raja sebelumnya adalah Sanna yang digantikan oleh Sanjaya anak Sannaha (saudara perempuan Sanna).
  2. Prasasti Kalasan, ditemukan di desa Kalasan Yogyakarta berangka tahun 778M, ditulis dalam huruf Pranagari (India Utara) dan bahasa Sansekerta. Isinya menceritakan pendirian bangunan suci untuk dewi Tara dan biara untuk pendeta oleh Raja Pangkaran atas permintaan keluarga Syaelendra dan Panangkaran juga menghadiahkan desa Kalasan untuk para Sanggha (umat Budha).
  3. Prasasti Mantyasih, ditemukan di Mantyasih Kedu, Jawa Tengah berangka 907M yang menggunakan bahasa Jawa Kuno. Isi dari prasasti tersebut adalah daftar silsilah raja-raja Mataram yang mendahului Rakai Watukura Dyah Balitung yaitu Raja Sanjaya, Rakai Panangkaran, Rakai Panunggalan, Rakai Warak, Rakai Garung, Rakai Pikatan, rakai Kayuwangi dan Rakai Watuhumalang.
  4. Prasasti Klurak, ditemukan di desa Prambanan berangka 782M ditulis dalam huruf Pranagari dan bahasa Sansekerta isinya menceritakan pembuatan Acra Manjusri oleh Raja Indra yang bergelar Sri Sanggramadananjaya.
Selain Prasasti, Kerajaan Mataram Kuno juga banyak meninggalkan bangunan candi yang masih ada hingga sekarang. Candi-candi peninggalan Kerajaan Medang antara lain, Candi Kalasan, Candi Plaosan, Candi Prambanan, Candi Sewu, Candi Mendut, Candi Pawon, Candi Sambisari, Candi Sari, Candi Kedulan, Candi Morangan, Candi Ijo, Candi Barong, Candi Sojiwan, dan tentu saja yang paling kolosal adalah Candi Borobudur.

Raja-raja Kerajaan Mataram Kuno
Selama berdiri, Kerajaan Mataram Kuno pernah dipimpin oleh raja-raja dinataranya sebagai berikut:
  1. Sanjaya, pendiri Kerajaan Mataram Kuno
  2. Rakai Panangkaran, awal berkuasanya Wangsa Sailendra
  3. Rakai Panunggalan alias Dharanindra
  4. Rakai Warak alias Samaragrawira
  5. Rakai Garung alias Samaratungga
  6. Rakai Pikatan suami Pramodawardhani, awal kebangkitan Wangsa Sanjaya
  7. Rakai Kayuwangi alias Dyah Lokapala
  8. Rakai Watuhumalang
  9. Rakai Watukura Dyah Balitung
  10. Mpu Daksa
  11. Rakai Layang Dyah Tulodong
  12. Rakai Sumba Dyah Wawa
  13. Mpu Sindok, awal periode Jawa Timur
  14. Sri Lokapala suami Sri Isanatunggawijaya
  15. Makuthawangsawardhana
  16. Dharmawangsa Teguh, Kerajaan Mataram Kuno berakhir

Kehidupan Sosial-Ekonomi dan Kebudayaan Kerajaan Mataram Kuno

Kehidupan ekonomi masyarakat bertumpu pada pertanian. Kondisi alam bumi Mataram yang tertutup dari dunia luar sulit untuk mengembangkan aktivitas perekonominan dengan pesat.
 
Bumi Mataram diperintah oleh dua dinasti, yakni Dinasti Sanjaya dan Dinasti Syailendra. Dinasti Sanjaya beragama Hindu dengan pusat kekuasaannya di utara dengan hasil budayanya berupa candi-candi seperti Gedong Songo dan Dieng. Dinasti Syailendra beragama Bundha dengan pusat kekuasaannya di daerah selatan, dan hasil budayanya dengan mendirikan candi-candi seperti candi Borobudur, Mendut, dan Pawon.
 
Semula terjadi perebutan kekuasan namun kemudian terjalin persatuan ketika terjadi perkawinan antara Pikatan (Sanjaya) yang beragama Hindu dengan Pramodhawardhani (Syailendra) yang beragama Buddha. Sejak itu agama Hindu dan Buddha hidup berdampingn secara damai.

Semoga artikel tersebut di atas tentang Sejarah Kerajaan Mataram Kuno bisa bermanfaat bagi sobat yang membutuhkan. Dan apa bila ada dari sobat yang menemukan kesalahan baik dari segi penulisan maupun pembahasan, mohon kiranya kritik dan saran yang membangun untuk kemajuan bersama. Terima kasih ^^
 
diambil dari  http://www.zonasiswa.com/2014/05/sejarah-kerajaan-mataram-kuno.html

Kerajaan - kerajaan Islam di Indonesia


Perkembangan kerajaan-kerajaan islam di indonesia

a. Kesultanan Samudera Pasai.
 
 Kesultanan Samudera Pasai merupakan kerajaan Islam pertama di Indonesia. Terletak di muara Sungai Peusangan di pesisir timur Laut Aceh berdiri pada abad ke-13 Masehi.

Kerajaan ini didirikan oleh Laksamana Laut Mesir Nazimuddin Al-Kamil dari Dinasti Mamaluk. Raja pertama kerajaan ini adalah Marah Silu dengan gelar Malik Al-Saleh (1285-1297). Hal ini dapat diketahui dari batu nisan pada makam Malik Al-Saleh yang berangka tahun 1297 Masehi.

Setelah meninggalnya Malik Al-Saleh, digantikan oleh puteranya Muhammad Malik Al-Tahir yang memerintah dari 1297 hingga 1326. Pengganti selanjutnya adalah Sultan Ahmad dengan gelar Malik Al-Tahir. Menurut Ibnu Battuta, musafir dari Arab menyebutkan bahwa Sultan Ahmad dan masyarakat Samudera Pasai taat beragama. 

Para pejabatnya berasal dari Persia dan Mesir. Samudera Pasai adalah kota pelabuhan dagang penting menjadi tempat singgah kapal-kapal dagang asing dari Cina dan India. Perdagangan, pelayaran, dan pertanian merupakan sumber pendatan bagi Samudera Pasai dan berkembang dengan baik sehingga memberikan kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya.

b. Kesultanan DemakKesultanan Demak didirikan oleh Raden Patah, seorang adipati Majapahit yang kemudian masuk Islam. Awalnya Demak adalah daerah bawahan Kerajaan Majapahit yang kemudian melepaskan diri pada tahun 1500 Masehi. Dengan bantuan para walisongo, Raden Patah mendirikan Kerajaan Demak. Sehingga menjadi kerajaan Islam besar di Pulau Jawa. Wilayah kekuasaannya meliputi Jepara, Semarang, Tegal, Palembang, pulau-pulau sekitar Kalimantan, dan Sumatra. 

Demak juga menguasai pelabuhan dagang penting seperti Jepara, Tuban, Sedayu, Jaratan, dan Gresik. Kerajaan Demak berperan penting dalam proses perkembangan Agama dan budaya Islam di Pulau Jawa. Pada masa itu Demak menjadi pusat penyebaran Agama Islam. Para wali, selain sebagai penyebar Islam mereka juga sebagai pensehat kerajaan Demak. 

Maka didirikankanlah Mesjid Demak sebagai pusat penyebaran Agama Islam. Demak di bawah kepemimpinan Raden Patah dengan gelar Sultan Alam Akbar berkembang menjadi pesat karena memiliki lahan pertanian yang luas.

Jatuhnya Malaka ke Portugis menyebabkan putusnya hubungan perdagangan Demak. Hal itu menyebabkan kekhawatiran Demak akan ekspansi Portugis ke daerah-daerah kekuasaan Demak yang nantinya akan mengambil alih penguasaan perdagangan di wilayah Nusantara. Oleh karena itu, pada tahun 1513, Kerajaan Demak mengirimkan armada lautnya untuk menyerang Portugis di Malaka. 

Di bawah pimpinan Pati Unus, putra Raden Patah, Demak mengerahkan 10.000 prajurit dengan 100 buah perahu. Namun serangan ini berhasil digagalkan Portugis. Meninggalnya Raden Patah tahun 1518 digantikan oleh putranya Pati Unus ysng terkenal dengan gelar Pangeran Sabrang Lor. Masa pemerintahan Pati Unus tidak berlangsung lama. Tahun 1521 Pati Unus wafat. 

Pangeran Trenggana menjadi Raja Demak (1521). Di bawah kepemimpinannya kerajaan Demak berusaha menaklukan Jawa Barat pada tahun 1522 mengirimkan pasukan di bawah pimpinan Fatahillah untuk menguasai Banten, Sunda Kelapa, dan Cirebon.

Tahun 1527 Pasukan Demak berhasil mengusir Portugis dari Banten dan Sunda Kelapa, sehingga wilayah Banten, Sunda Kelapa, dan Cirebon direbut Demak. Sultan Trenggana juga memperluas kekuasaannya ke Jawa Timur. Ia memimpin pasukan ke Jawa Timur, satu per satu wilayah Madiun, Gresik, Tuban, dan Malang direbut. Tetapi ketika berusaha merebut daerah Pasuruan, Sultan Trenggana gugur tahun 1546.

Setelah gugurnya Trenggana, konflik keluarga raja Demak muncul, terjadi perebutan kekuasaan antara Pangeran Prawata, putra Sultan Trenggana, dengan Pangeran Sekar Seda ing Lepeng. Pangeran Sekar dapat dibunuh oleh Pangeran Prawata. Pangeran Arya Panangsang menuntut balas terhadap kematian ayahnya. 

Awalnya Pangeran Prawata berkuasa di Demak, namun ia kemudian dibunuh Arya Panangsang, dan ia juga membunuh Pangeran Hadiri, suami Ratu Kali Nyamat, adik Pangeran Prawata. Oleh Arya Panangsang, Pangeran dianggap sebagai penghalangnya menjadi raja Demak. Kemudian Arya Panangsang tampil sebagai Raja Demak.

Masa pemerintahan Raja Arya Panangsang, Kerajaan Demak mengalami gejolak kekacauan. Arya Panangsang yang memerintah dengan kejam banyak tidak disukai. Pembunuhan Pangeran Hadiri, menyebabkan istrinya Ratu Kali Nyamat mengasingkan diri dan memberontak untuk balas dendam atas kematian suaminya. 

Tindakan Kali Nyamat banyak mendapat dukungan dari para adipati bawahan Demak. Salah satunya adalah Adipati Pajang (daerah Boyolali), ia adalah menantu Sultan Trenggana, Pangeran Adiwijaya atau dikenal dengan nama Jaka Tingkir. Dibantu oleh Kyai Gede Pamanahan, Ki Panjawi, dan putranya Sutawijaya.

Adiwijaya berhasil mengalahkan Arya Panangsang. Kemudian ia naik tahta Kerajaan Demak dengan gelar Sultan Hadiwijaya serta memindahkan pusat kerajaan Demak ke Pajang tahun 1568 M. Dengan pemindahan itu maka berakhirlah riwayat Kesultanan Demak.
c. Kesultanan Mataram Islam

 Pernahkah kamu jalan-jalan ke Yogyakarta? Bila pernah, pasti kamu mengunjungi Keraton Yogyakarta. Apa kaitannya Keraton Yogyakarta dengan Kesultanan Mataram Islam? Nah, selanjutnya mari kita ikuti uraian tentang Kesultanan Mataram
Islam.

Munculnya Kesultanan Mataram tidak lepas dari Kerajaan Pajang, Sultan Adiwijaya (Jaka Tingkir) memberikan hadiah tanah di daerah Kota Gede, Mataram kepada Kyai Gede Pamanahan. Oleh Kyai Gede (Ageng) Pamanahan, daerah itu dibangun dan kemudian berkembang maju. Ia bercita-cita melepaskan diri dari Kerajaan Pajang, namun sebelum cita-cita itu tercapai tahun 1575 ia wafat, kemudian digantikan oleh putranya Sutawijaya yang berhasil lepas dari kekuasaan Kerajaan Pajang dan mendirikan Kerajaan Mataram.

Sutawijaya dinobatkan sebagai Adipati Mataram oleh Sultan Adiwijaya dengan gelar Senopati ing Alaga Sayidi Panatagama, yang berarti panglima perang dan pembela agama Islam. Di bawah kerja keras Sutawijaya, Mataram berkembang maju. Ia menjadikan Mataram sebagai kesultanan Islam terbesar di Pulau Jawa. Politik ekspansif Sutawijaya untuk menaklukan daerah-daerah lain dilakukan terhadap Surabaya, tahun 1586. Surabaya dapat ditaklukkan dan mengakui kekuasaan Mataram.

Selanjutnya Sutawijaya merebut Madiun dan Ponorogo. Tahun 1587, Mataram berusaha merebut Panarukan, Pasuruan dan Blambangan. Tiga daerah dapat ditaklukan, tetapi kemudian memerdekakan diri. Tahun 1595, Sutawijaya mengalihkan politik ekspansifnya ke Jawa Barat, dikirim pasukan Mataram untuk menaklukkan Cirebon dan Kerajaan Galuh. Akhirnya Cirebon dan Galuh berhasil ditaklukkan dan mengakui kekuasaan Mataram.

Politik perluasan wilayah Mataram tidak selamanya mulus. Sutawijaya banyak mendapat perlawanan dari daerah taklukan seperti daerah Pati dan Demak, secara bersama-sama memberontak kepada Mataram. Gabungan pasukan Demak dan Pati berhasil mencapai ibukota Mataram, meskipun pada akhirnya dapat ditumpas tentara berkuda Kerajaan Mataram.

Daerah Panarukan, Pasuruan, dan Blambangan juga ikut melepaskan diri setelah pasukan Mataram kembali ke Mataram. Sutawijaya boleh dikatakan berhasil meletakkan dasar-dasar Kesultanan Mataram, ia menerapkan sistem kerajaan berdasarkan Agama Islam (teokratis). Dalam pemerintahannya, kedudukan Sultan memegang peranan sangat penting dan kuat. Di bidang ekonomi, ia menjadikan Mataram sebagai kerajaan agraris maritim. Tahun 1601, Sutawijaya wafat digantikan putranya Mas Jolang dengan gelar Panembahan Seda ing Krapyak.

d. Kesultanan Banten

Tahun 1522 Portugis mendapat persetujuan dari Kerajaan Pajajaran diperbolehkan membangun markas dagangnya di Sunda Kelapa. Hal ini sangat mencemaskan Kerajaan Demak, akan bahaya dari Portugis. Maka diutuslah misi dipimpin oleh Nasrullah atau Fatahillah, menantu Sultan Trenggana, Raja Demak. Misi ini disertai oleh pasukan dengan tujuan agar bandar-bandar pesisir utara Jawa Barat tidak jatuh ke tangan Portugis. Singkatnya tahun 1527, pelabuhan Banten, Sunda Kelapa, dan Cirebon berhasil dikuasai Demak.

Fatahillah sukses merebut tiga pelabuhan itu. Kemudian tahun 1552 Fatahillah menyerahkan penguasaan Banten kepada putranya Hasanuddin dengan Gelar Panembahan Banten. Fatahillah sendiri pergi ke Cirebon untuk menggantikan Pangeran Pasarean, putra Fatahillah yang berkuasa atas Cirebon. Tahun 1568 Hasanuddin memerdekakan diri, Banten lepas dari Kerajaan Demak. Ia menobatkan dirinya menjadi raja pertama kerajaan Banten.

Maulana Yusuf kemudian meninggal digantikan putranya Maulana Muhammad tahun 1580-1596 Masehi, dengan gelar Kanjeng Ratu Banten. Tetapi karena ia masih berumur 9 tahun, pemerintahan dikendalikan oleh mangkubumi, baru kemudian dewasa ia naik tahta. Tahun 1596, Banten melakukan usaha penaklukan terhadap Palembang, karena kerajaan Palembang dianggap saingan perdagangan terhadap Banten.

Pada tahun yang sama 1596, Armada dagang Belanda dipimpin oleh Cornelis de Houtman mendarat di Banten. Kedatangan Belanda menimbulkan keributan dan kegaduhan di Pelabuhan Banten. Sehingga tentara Kerajaan Banten mengusirnya dari Banten. VOC yang ingin memonopoli perdagangan berusaha merebut Banten.

Banten mencapai puncak kejayaan politiknya pada masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa (1651-1683), ia sangat menentang kehadiran VOC di Banten yang memonopoli perdagangan. Banten merupakan pusat penyebaran agama Islam di wilayah barat Indonesia. Menurutmu, faktor apa yang melatarbelakangi dan mendorong para pedagang Belanda terlebih dahulu datang ke Kerajaan Banten?

e. Kesultanan Makassar (Goa Tallo)

Pada abad ke-16 M berdiri beberapa kerajaan di Sulawesi Selatan, antara lain Goa dan Talo. Kedua kerajaan ini kemudian bergabung menjadi satu dengan nama Goa-Tallo atau yang lebih dikenal dengan nama Makassar. Ibukota kerajaan Makassar adalah Sombaopu. Raja Goa adalah Daeng Manrabia kemudian masuk Islam menjadi Raja Goa-Tallo dengan gelar Sultan Alaudin. 

Sedangkan Raja Tallo, Karaeng Matoaya menjadi Mangkubumi dengan gelar Sultan Abdullah. Makassar adalah kerajaan Islam pertama di Sulawesi. Letak Makassar yang strategis pada jalur pelayaran antara Indonesia bagian barat dan Indonesia bagian timur.

Makassar menjadi pintu masuk menuju ke wilayah Indonesia bagian timur, pada abad ke-16, Ternate, Tidore, dan Maluku sebagai pusat rempah-rempah. Banyak pedagang singgah di pelabuhan Makassar sebelum melanjutkan ke Ternate, Tidore, dan Maluku. Apalagi setelah jatuhnya Malaka ke Portugis. Pelabuhan Makassar berkembang pesat menjadi pelabuhan perdagangan.

Tahun 1639, Sultan Alaudin wafat digantikan putranya Sultan Muhammad Said. VOC berusaha membujuk Sultan, namun permintaan itu ditolak. Bahkan ia mengirimkan armada lautnya ke Maluku untuk membantu lepas dari cengkeraman VOC. Perlawanan Makassar terhadp VOC terus dilanjutkan oleh Sultan Hasanuddin, putra dari Sultan Muhammad Said. 

Sultan Hasanuddin memegang tampuk kekuasaan Makassar dari tahun 1653 hingga 1667. Pada masa pemerintahannya, Makassar menjadi kerajaan maritim besar di wilayah Indonesia bagian timur, wilayah kekuasaanya hingga ke Nusa Tenggara. Sultan Hasanuddin terkenal gigih menentang monopoli perdagangan Belanda.
 
f. Kesultanan Ternate dan Tidore

Pada abad ke-15 di Maluku terdapat lima kerajaan yang berkuasa, yakni Jailolo, Ternate, Tidore, Bacan dan Obi. Semuanya adalah kerajaan Islam. Di antara kelima kerajaan itu, kerajaan Ternate yang paling maju.

Ternate sebagai penghasil rempah rempah, menjadikan Ternate banyak dikunjungi pedagang. Sehingga Ternate maju menjadi pusat perdagangan di Maluku. Kemajuan Ternate memancing kecemburuan  empat kerajaan lainnya untuk bersekutu melawan Ternate. Terjadi perang, namun berlangsung tidak lama.

Kelima kerajaan itu sepakat untuk membuat kesepakatan bersama kerajaan mana yang lebih dulu menduduki posisi pertama dan seterusnya. Tetapi kesepakatan ini pecah di akhir abad ke-15, karena Ternate tampil kembali di urutan pertama selama 10 tahun. Ketika akan dikembalikan lagi menjadi raja Ternate, Sultan Khaerun dan rakyat Ternate menolak sultan lama. 

Penolakan ini menyebabkan Portugis marah dengan siasat licik Portugis mengundang Sultan Khaerun untuk berunding dengan Portugis namun Sultan ditangkap dan dibunuh oleh Portugis.

Pembunuhan Sultan Khaerun menyulut kemarahan rakyat Ternate, pemberontakan terjadi dipimpin oleh putra sulung Sultan Khairun, Baabullah. Sultan Baabullah menyerukan perang suci terhadap Portugis, ternyata Ternate banyak mendapat dukungan dari kerajaan-kerajaan lainnya termasuk Tidore. Perang akhirnya dimenangkan oleh rakyat dapat mengusir Portugis dari bumi Ternate tahun 1575, akhirnya Portugis menyingkir ke Timor Timur.

Diambil dari http://sabenggo1.blogspot.co.id/2013/11/perkembangan-kerajaan-islam-di-indonesia.html?m=1

Sejarah Candi Prambanan


Sejarah Candi Prambanan, Latar Belakang Pembangunan

Setelah kurang lebih satu abad lamanya tanah Jawa dikuasai oleh Dinasti Syailendra yang beragama Buddha, akhirnya kekuasaan mereka secara perlahan pudar setelah mengalami beberapa kekalahan besar. Dan sejarah Candi Prambanan pun dimulai pada saat itu. Dinasti Sanjaya yang beragama Hindu secara perlahan dan pasti mulai kembali menguasai wilayah Jawa.

Dan untuk menyaingi Candi Borobudur yang merupakan candi Buddha terbesar yang berada di Jawa yang pernah dibangun oleh Dinasti Syailendra, maka kemudian Dinasti Sanjaya membangun sebuah Candi Hindu yang juga tidak kalah megahnya.

Sejarah Candi Prambanan dimulai pada sekitar tahun 850 Masehi. Candi Prambanan pertama kali dibangun oleh Rakai Pikatan yang merupakan penguasa Dinasti Syailendra pada masa itu. Setelah Rakai Pikatan, sejarah Candi Prambanan berlanjut dengan pembangunan besar-besaran yang dilakukan oleh Raja Lokapala dan dilanjutkan lagi oleh Balitung Maha Sambu yang merupakan penguasa Kerajaan Mataram dari Dinasti Sanjaya. Kemudian pembangunan candi kemudian masih terus dilanjutkan oleh Raja Daksa and Tulodong dengan membangun Candi Perwara yaitu candi-candi kecil yang jumlahnya sangat banyak bahkan mencapai ratusan.


Sejarah Candi Prambanan, Prasasti Shivagrha

Ada sebuah prasasti yang telah ditemukan dan berangka tahun 856 Masehi yaitu Prasasti Shivagrha. Dan berdasarkan Prasasti Shivagrha tersebut, dikatakan bahwa Candi Prambanan dibangun untuk menghormati Dewa Syiwa yang merupakan dewa terbesar Hindu. Dan berdasarkan prasasti itu pula, disebutkan bahwa candi ini pertama kali dinamakan sebagai Shiva-grha yang berarti Rumah Syiwa dan juga disebut juga Shiva-laya yang artinya Kerajaan Syiwa.

Sejarah Candi Prambanan juga tidak lepas dari Prasasti Shivagrha juga menyebutkan tentang berlangsungnya sebuah proyek besar yang juga berlangsung secara bersamaan dengan pembangunan Candi Prambanan. Proyek besar yang terjadi di bagian luar sekitar komplek percandian ini adalah proyek Sungai Opak. Sungai Opak adalah sebuah sungai besar yang mengalir di sebelah utara Candi Prambanan.

Disebutkan bahwa Sungai opak yang pada awalnya mengalir dari utara komplek candi menuju arah timur, kemudian dibelokkan alirannya hingga mendekati Candi. Pemotongan aliran sungai Opak ini dilakukan dengan cara memotong aliran airnya di bagian utara dan dibelokkan langsung menuju selatan persis melewati sebelah timur Candi Prambanan.


Sejarah Candi Prambanan, Pusat Pemerintahan

Berdasarkan sejarah Candi Prambanan yang didapatkan dari beberapa bukti sejarah, diyakini Candi Prambanan ini merupakan candi yang digunakan untuk acara pemujaan dan berbagai acara keagamaan lainnya. Diyakini juga di sekitar Candi Prambanan juga terdapat beberapa komplek bangunan yang merupakan semacam kuil atau tempat tinggal para Brahmana atau Pendeta Budha.

Dan dengan adanya beberapa komplek besar di daerah sekitar candi, maka juga diyakini bahwa kawasan ini merupakan lokasi pusat pemerintahan Kerajaan Mataram Hindu dari Dinasti Sanjaya. Hal ini juga diperkuat dengan ditemukannya reruntuhan komplek Candi Ratu Boko yang letaknya hanya sekitar 5 kilometer sebelah selatan Candi Prambanan.

Candi Ratu Boko merupakan reruntuhan komplek percandian yang cukup luas. Dan berdasarkan beberapa bukti sejarah, diyakini komplek Candi Ratu Boko ini adalah bekas reruntuhan komplek Istana Kerajaan Mataram Hindu. Dan diyakini di sinilah pusat pemerintahan kerajaan Mataram Hindu berada. Hal ini juga didukung dengan banyaknya candi baik berukuran besar dan kecil yang ditemukan di sekitar area ini. Jika dihitung mungkin jumlahnya bisa mencapai ratusan buah candi baik yang berukuran besar maupun candi-canri yang berupa reruntuhan.

Diambil dari http://candi1001.blogspot.co.id/2014/08/sejarah-candi-prambanan.html?m=1

Proses terbentuknyaa negara dan Pemerintahan Indonesia


Masuknya Bangsa Barat Ke Indonesia
Pada permulaan abad Pertengahan, orang-orang Eropa sudah mengenal hasil bumi dari dunia Timur, terutama rempah-rempah dari Indonesia. Dengan jatuhnya Konstantinopel ke tangan Turki Usmani (1453) mengakibatkan hubungan perdagangan antara Eropa dan Asia Barat (Timur Tengah) terputus.

Hal ini mendorong orang- orang Eropa mencari jalan sendiri ke dunia Timur untuk mendapatkan rempah-rempah yang sangat mereka butuhkan. Melalui penjelajahan samudra, akhirnya bangsa-bangsa Barat berhasil mencapai Indonesia. Kedatangan bangsa-bangsa Barat di Indonesia pada mulanya lewat kongsi-kongsi perdagangan. Kongsi-kongsi perdagangan tersebut berusaha untuk menguasai perdagangan rempah-rempah di Indonesia melalui praktik monopoli.

Faktor-faktor yang mendorong bangsa-bangsa Barat pergi ke dunia Timur, antara lain sebagai berikut.

1.Dikuasainya rute dan pusat-pusat perdagangan di Timur Tengah oleh orang-orang Islam.

2.Adanya kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, yaitu dengan ditemukan peta dan kompas yang sangat penting bagi pelayaran.

3.Adanya keinginan untuk mendapatkan rempah-rempah dari daerah asal sehingga harganya lebih murah dan dapat memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya.

4.Adanya keinginan untuk melanjutkan Perang Salib dan menyebarkan agama Nasrani ke daerah-daerah yang dikunjungi.

5.Adanya jiwa petualangan sehingga menggugah semangat untuk melakukan penjelajahan samudra.

a.Masuknya Bangsa Portugis ke Indonesia 
Bangsa Portugis telah berhasil mencapai India (Kalikut) 1498. Bangsa Portugis berhasil mendirikan kantor dagangnya di Gowa pada tahun1509.

Pada tahun 1511 di bawah pimpinan  d'Albuquerque Portugis berhasil menguasai Malaka. Dari Malaka di bawah pimpinan d'Abreu tahun 1512 Portugis telah sampai di Maluku dan diterima baik oleh Sultan Ternate yang pada waktu itu sedang bermusuhan dengan Tidore. Portugis berhasil mendirikan benteng dan mendapatkan hak monopoli perdagangan rempah-rempah.

Selain mengadakan monopoli perdagangan rempah-rempah di Maluku, Portugis juga aktif menyebarkan agama Kristen (Katolik) dengan tokohnya yang terkenal ialah Franciscus Xaverius. Portugis ini tidak hanya memusatkan kegiatannya di Indonesia bagian timur (Maluku ), tetapi juga ke Indonesia bagian barat (Pajajaran). Pada tahun 1522 Portugis datang ke Pajajaran di bawah pimpinan Henry Leme dan disambut baik oleh Pajajaran dengan maksud agar Portugis mau membantu dalam menghadapi ekspansi Demak.

Terjadilah Perjanjian Sunda Kelapa (1522) antara Portugis dan Pajajaran, yang isinya sebagai berikut.
1)Portugis diijinkan mendirikan benteng di Sunda Kelapa.

2)Pajajaran akan menerima barang-barang yang dibutuhkan dari Portugis termasuk senjata.

3)Portugis akan memperoleh lada dari pajajaran menurut kebutuhannya.

Awal tahun 1527 Portugis datang lagi ke Pajajaran untuk merealisasi Perjanjian Sunda Kelapa, namun disambut dengan pertempuran oleh pasukan Demak di bawah pimpinan Fatahilah. Pertempuran berakhir dan namanya diganti menjadi Jayakarta, artinya pekerjaan yang jaya (menang).

b.Masuknya Bangsa Spanyol ke Indonesia 
Kedatangan bangsa Portugis sampai di Indonesia (Maluku) segera diikuti oleh bangsa Spanyol. Ekspedisi bangsa Spanyol di bawah pimpinan Magelhaen, pada tanggal 7 April 1521 telah sampai di Pulau Cebu. Rombongan Magelhaen diterima baik oleh Raja Cebu sebab pada waktu itu Cebu sedang bermusuhan dengan Mactan. Persekutuan dengan Cebu ini harus dibayar mahal Spanyol sebab dalam peperangan ini Magelhaen terbunuh. 

Dengan meninggalnya Magelhaen, ekspedisi bangsa Spanyol di bawah pimpinan Sebastian del Cano melanjutkan usahanya untuk menemukan daerah asal rempah-rempah. Dengan melewati Kepulauan Cagayan dan Mindanao akhirnya sampai di Maluku (1521). Kedatangan bangsa Spanyol ini diterima baik oleh Sultan Tidore yang saat itu sedang bermusuhan dengan Portugis.

Sebaliknya, kedatangan Spanyol di Maluku bagi Portugis merupakan pelanggaran atas "hak monopoli". Oleh karena itu, timbullah persaingan antara Portugis dan Spanyol. 

Sebelum terjadi perang besar, akhirnya diadakan Perjanjian Saragosa (22 April 1529) yang isinya sebagai berikut.

1) Spanyol harus meninggalkan Maluku, dan memusatkan kegiatannya di Filipina.

2) Portugis tetap melakukan aktivitas perdagangan di Maluku.

c.Masuknya Bangsa Belanda ke Indonesia 
Sebelum datang ke Indonesia, para pedagang Belanda membeli rempah-rempah di Lisabon (ibu kota Portugis). Pada waktu itu Belanda masih berada di bawah penjajahan Spanyol. Mulai tahun 1585, Belanda tidak lagi mengambil rempah-rempah dari Lisabon karena Portugis dikuasai oleh Spanyol. Dengan putusnya hubungan perdagangan rempah-rempah antara Belanda dan Spanyol mendorong bangsa Belanda untuk mengadakan
penjelajahan samudra.

Pada bulan April 1595, Belanda memulai pelayaran menuju Nusantara dengan empat buah kapal di bawah pimpinan Cornelis  de Houtman. Dalam pelayarannya menuju ke timur, Belanda menempuh rute Pantai Barat Afrika Tanjung HarapanSamudra HindiaSelat SundaBanten.

Pada saat itu Banten berada di bawah pemerintahan Maulana Muhammad (15801605) Kedatangan rombongan Cornelis de Houtman, pada mulanya diterima baik oleh masyarakat Banten dan juga diizinkan untuk berdagang di Banten.

Namun, karenanya sikap yang kurang baik sehingga orang Belanda kemudian diusir dari Banten. Selanjutnya, orang-orang Belanda meneruskan perjalanan ke timur akhirnya sampai di Bali.

Rombongan kedua dari Negeri Belanda di bawah pimpinan Jacob van Neck dan Van Waerwyck, dengan delapan buah kapalnya tiba di Banten pada bulan November 1598. Pada saat itu hubungan Banten dengan Portugis sedang memburuk sehingga kedatangan bangsa Belanda diterima dengan baik. Sikap Belanda sendiri juga sangat hati-hati dan pandai mengambil hati para penguasa Banten sehingga tiga buah kapal mereka penuh dengan muatan rempah-rempah (lada) dan dikirim ke Negeri Belanda, sedangkan lima buah kapalnya yang lain menuju ke Maluku.

Keberhasilan rombongan Van Neck dalam perdagangan rempah-rempah, mendorong orang-orang Belanda yang lain untuk datang ke Indonesia. Akibatnya terjadi persaingan di antara pedagang-pedagang Belanda sendiri.

Setiap kongsi bersaing secara ketat. Di samping itu, mereka juga harus menghadapi persaingan dengan Portugis, Spanyol, dan Inggris. Melihat gelagat yang demikian, Olden Barneveld menyarankan untuk membentuk perserikatan dagang yang mengurusi perdagangan di Hindia Timur. Pada tahun 1602 secara resmi terbentuklah Vereenigde Oost Indiesche Compagnie (VOC) atau Perserikatan Dagang Hindia Timur. VOC membuka kantor dagangnya yang pertama di di Banten (1602) di kepalai oleh Francois Wittert.

Tujuan dibentuknya VOC adalah sebagai berikut.
1.Untuk menghindari persaingan yang tidak sehat antara sesama pedagang Belanda.

2.Untuk memperkuat posisi Belanda dalam menghadapi persaingan, baik dengan sesama bangsa Eropa, maupun dengan bangsa-bangsa Asia.

3.Untuk mendapatkan monopoli perdagangan, baik impor maupun ekspor.

Diambil dari http://sejarah11-jt.blogspot.co.id/2012/10/masuknya-bangsa-asing-ke-indonesia.html?m=1


>. Sejarah pembentukan negara dan pemerintahan indonesia

Pembentukan Pemerintahan Republik Indonesia - Dilihat dari hukum tata negara, Proklamasi Kemerdekaan 1945 berarti bahwa bangsa Indonesia telah memutuskan ikatan dengan tatanan hukum sebelumnya. Tatanan Hindia Belanda ataupun tatanan hukum pendudukan Jepang.  Dengan kata lain, bangsa Indonesia mulai saat itu telah mendirikan tatanan hukum yang baru, yaitu tatanan hukum Indonesia. Di dalamnya berisikan hukum Indonesia, yang ditentukan dan dilaksanakan sendiri oleh bangsa Indonesia.

Sehari setelah proklamasi dikumandangkan, para pemimpin bekerja keras membentuk lembaga pemerintahan sebagaimana layaknya suatu negara merdeka. PPKI kemudian menyelenggarakan rapat pada 17 Agustus 1945. Atas inisiatif Soekarno dan Hatta, mereka merencanakan menambah sembilan orang sebagai anggota baru yang terdiri dari para pemuda, seperti Chairul Saleh dan Sukarni. Namun, para pemuda memutuskan untuk meninggalkan tempat karena menganggap PPKI adalah bentukan Jepang.

1. Pengesahan UUD 1945


Rapat pertama PPKI untuk mengesahkan UUD 1945 tanggal 18 Agustus 1945 dilaksanakan di Pejambon Jakarta. Sebelumnya, Soekarno dan Hatta meminta Ki Bagus Hadikusumo, K.H.Wachid Hasjim, Mr. Kasman Singodimedjo, dan Mr.Teuku Mohammad Hassan untuk mengkaji rancangan pembukaan UUD. Hal ini sebagaimana tercantum dalam Piagam Jakarta yang dianut oleh BPUPKI pada 22 Juni 1945, khususnya berkaitan dengan kalimat Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi para pemeluk-pemeluknya.

Hal ini perlu dikaji karena pemeluk agama lain merasa keberatan jika kalimat itu dimasukkan dalam UUD. Akhirnya, setelah dilakukan pembicaraan yang dipimpin oleh Hatta, dicapai kata sepakat bahwa kalimat tersebut dihilangkan untuk menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Rapat pleno dimulai pada pukul 11.30 di bawah pimpinan Soekarno dan Hatta. Dalam membicarakan UUD ini, rapat berlangsung lancar.

Rapat berhasil menyepakati bersama rancangan Pembukaan dan UUD Negara Republik Indonesia. Rancangan yang dimaksud adalah Piagam Jakarta yang dibuat oleh BPUPKI dengan sedikit perubahan disahkan menjadi UUD. Isi dari UUD meliputi Pembukaan, Batang Tubuh yang terdiri dari 37 Pasal, 4 Pasal Aturan Peralihan, dan 2 Ayat Aturan Tambahan disertai dengan penjelasan. Dengan demikian, Indonesia memiliki landasan hukum yang kuat dalam hidup bernegara dengan menentukan arahnya sendiri.

2. Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden

Pada hari yang sama, dalam rapat untuk memilih presiden dan wakil presiden, tampil Otto Iskandardinata yang mengusulkan agar pemilihan dilakukan secara mufakat. Ia sendiri mengajukan Soekarno dan Hatta masing-masing sebagai presiden dan wakil presiden. Tentunya hal ini sesuai dengan UUD yang baru disahkan. 

Dalam musyawarah untuk mufakat, secara aklamasi peserta sidang menyetujui dan menetapkan Soekarno dan Hatta sebagai presiden dan wakil presiden pertama Republik Indonesia, diiringi dengan lagu kebangsaan Indonesia Raya.

3. Pembagian Wilayah Indonesia

Rapat PPKI pada 19 Agustus 1945 memutuskan pembagian wilayah Indonesia menjadi delapan provinsi di seluruh bekas jajahan Hindia Belanda. Kedelapan provinsi tersebut adalah Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Borneo (Kalimantan), Maluku, Sulawesi, Sunda Kecil (Nusa Tenggara), Sumatra, dan Daerah Istimewa Yogyakarta dan Surakarta.

4. Pembentukan Kementerian

Setelah rapat menetapkan wilayah, Panitia Kecil yang dipimpin oleh Mr. Ahmad Soebardjo menyampaikan laporannya. Panitia Kecil mengajukan tiga belas kementerian. Sidang kemudian membahas usulan tersebut dan menetapkan perihal kementerian. Selanjutnya, rapat memutuskan adanya dua belas departemen dan satu kementerian negara.

1. Menteri Luar Negeri Mr. Achmad Soebardjo
2. Menteri Dalam Negeri R.A.A. Wiranatakoesoema
Wakil Menteri Dalam Negeri Mr. Harmani
3. Menteri Keamanan Rakyat Soeljadikoesoemo
4. Menteri Kehakiman Prof. Dr. Soepomo
5. Menteri Penerangan Amir Sjarifuddin
Wakil Menteri Penerangan Ali Sastroamidjojo
6. Menteri Keuangan Dr. Samsi Sastrawidagda
7. Menteri Kemakmuran Ir. Soerachman Tjokroadisoerjo
8. Menteri Pekerjaan Umum Abikoesno Tjokrosoejoso
9. Menteri Perhubungan Abikoesno Tjokrosoejoso
10. Menteri Sosial Iwa Koesoemasoemantri
11. Menteri Pengajaran Ki Hadjar Dewantara
12. Menteri Kesehatan Dr. Boentaran Martoatmodjo

Menteri Negara :

Mohammad Amir
Wahid Hasjim
Mr. Sartono
A. A. Maramis

Otto Iskandardinata

Pejabat setingkat menteri

Ketua Mahkamah Agung Dr. Koesoema Atmadja
Jaksa Agung Gatot Tarunamihardja
Sekretaris Negara Abdoel Gaffar Pringgodigdo

Juru bicara negara Soekarjo Wirjopranoto

5. Pembentukan Komite Nasional Indonesia Pusat

Pada 22 Agustus 1945, PPKI kembali menyelenggarakan rapat pembentukan Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) yang akan menggantikan PPKI. Soekarno dan Hatta mengangkat 135 orang anggota KNIP yang mencerminkan keadaan masyarakat Indonesia. Seluruh anggota PPKI, kecuali Soekarno dan Hatta menjadi anggota KNIP. Mereka kemudian dilantik pada 29 Agustus 1945. 

Susunan pengurus KNIP adalah sebagai berikut.

Ketua KNIP : Mr. Kasman Singodimejo
Wakil Ketua I : Sutarjo Kartohadikusumo
Wakil Ketua II : Mr.J.Latuharhary
Wakil Ketua III : Adam Malik 
Tugas dan wewenang KNIP adalah menjalankan fungsi pengawasan dan berhak ikut serta dalam menetapkan GBHN.

6. Membentuk Kekuatan Pertahanan dan Keamanan

Pada 23 Agustus Presiden Soekarno mengesahkan secara resmi berdirinya BKR sebagai badan kepolisian yang bertugas menjaga keamanan. Mayoritas angota BKR terdiri dari mantan anggota PETA, KNIL, dan Heiho. Terpilih sebagai pimpinan BKR pusat adalah Kaprawi.

Dalam perkembangannya, kebutuhan untuk membentuk tentara tidak dapat diabaikan lagi. Apalagi setelah Sekutu membebaskan para serdadu Belanda bekas tawanan Jepang dan melakukan tindakan-tindakan yang mengancam pertahanan dan keamanan. Soekarno kemudian memanggil mantan Mayor KNIL Oerip Soemohardjo dari Yogyakarta ke Jakarta. Oerip Soemohardjo diberi tugas untuk membentuk tentara nasional.

Berdasarkan maklumat Presiden RI, pada 5 Oktober berdirilah Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Soepriyadi (tokoh perlawanan tentara PETA terhadap Jepang di Blitar) terpilih sebagai pimpinan TKR. Atas dasar maklumat itu, Oerip Soemohardjo segera membentuk Markas Besar TKR yang dipusatkan di Yogyakarta. 

Pada perkembangannya, Tentara Keamanan Rakyat berubah menjadi Tentara Keselamatan Rakyat pada 7 Januari 1946. Nama itu berubah kembali menjadi Tentara Republik Indonesia (TRI) pada 24 Januari 1946. TRI berubah nama menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI) pada 3 Juni 1947. Dengan demikian, hingga pertengahan 1947 pemerintah telah berhasil menyusun, mengonsolidasi, sekaligus menyatukan alat pertahanan dan keamanan.

Demikianlah Materi Sejarah Pembentukan Pemerintahan Republik Indonesia, semoga bermanfaat.

Diambil dari http://www.materisma.com/2014/02/sejarah-pembentukan-pemerintahan.html?m=1